Sabtu, 10 Oktober 2015
Proses Pembentukan Perilaku Menyimpang Dan Sikap Antisosial Sebagai Akibat Proses Sosialisasi Yang Tidak Sempurna
Perilaku menyimpang seseorang atau kelompok sebab akibat proses
sosialisasi yang tidak sempurna dan akan mengakibatkan terjadinya benturan
sehingga timbul kelompok-kelompok sosial yang tidak teratur. Kelompok sosial
yang tidak teratur menurut Soerjono Soekanto, dibedakan menjadi 2 golongan,
yakni kerumunan dan publik.
1. Kerumunan (Crowd)
Kerumunan adalah kumpulan orang yang tidak teratur, terjadi secara
spontan. Kerumunan adalah suatu kelompok sosial bersifat sementara.
Kerumunan segera berakhir, setelah orang-orang bubar.
Ukuran utama adanya kerumunan, yaitu kedatangan orang-orang secara
fisik. Kerumunan itu tidak terorganisasikan. Dia dapat mempunyai
pimpinan dan tidak memiliki sistem pembagian kerja. Identitas sosial
seseorang biasanya tenggelam kalau orang yang bersangkutan ikut serta
dalam kerumunan.
Untuk membubarkan suatu kerumunan diperlukan usaha-usaha tertentu
sebagai berikut.
a. Usaha mengalihkan pusat perhatian. Misalnya mengusahakan agar individu-
individu sadar kembali akan kedudukan dan peranan yang sesungguhnya.
b. Usaha lain yang dapat untuk menakuti mereka misalnya suatu
demonstrasi, dibubarkan dengan gas air mata atau dengan tembakan-
tembakan peringatan dari senjata api.
c. Sering kali diusahakan dengan cara memecah belah pendapat umum
kerumunan itu sehingga terjadi pertentangan antara mereka itu sendiri.
Sering dikatakan, bahwa kerumunan timbul dalam kelas-kelas organisasi
sosial suatu masyarakat. Sifatnya yang sementara tidak memungkinkan
terbentuknya tradisi dan kebudayaan tersendiri. Alat-alat pengendalian
sosial tidak juga dipunyai sebab sifatnya hanya spontan.
Individu-individu yang berkerumun, mereka berkumpul secara kebetulan
saja di suatu tempat dan pada waktu yang bersamaan. Hal ini bukanlah
berarti bahwa sama sekali tidak ada penyebab mengapa mereka berkumpul.
Dapat terjadi bahwa yang menjadi sebab sebab mempergunakan fasilitas-
fasilitas yang sama dalam memenuhi harapan pribadinya. Misalnya
membeli karcis kereta api untuk bepergian, karcis THR, karcis bioskop,
memesan makanan di restoran, menonton pertandingan tinju di GOR,
melihat konser band di stadion, dan lain-lain. Semuanya itu terjadi karena
penyaluran harapan yang terdapat pada diri seseorang. Bahkan,
kerumunan terjadi disebabkan seseorang ingin meniru perbuatan orang
lain, lalu diikuti oleh orang lain yang menyaksikannya.
116
Norma-norma dalam masyarakat atau pemerintah sering membatasi
terjadinya kerumunan. Masyarakat tertentu melarang atau membatasi
diadakannya demonstrasi. Suatu kerumunan yang sudah beraksi, bila
datangnya pihak lain yang tidak bertanggung jawab mempunyai
kecenderungan merusak. Banyak bukti-bukti, bahwa kerumunan liar
dianggap sebagai gejala sosial yang kurang disukai dalam masyarakat
yang teratur. Sebaliknya ada kerumunan yang dapat diarahkan pada
tujuan baik seperti kumpulan manusia yang menghadiri suatu
ceramah keagamaan.
Oleh sebab itu, kerumunan dapat dibedakan atas:
a. kerumunan yang dikendalikan oleh keinginan-keinginan pribadi,
b. kerumunan yang berguna untuk organisasi masyarakat yang timbul
dengan sendirinya tanpa diduga sebelumnya.
Atas dasar perbedaan kerumunan itu, kita dapati bentuk-bentuk
umum kerumunan sebagai berikut.
a. Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur sosial. Kerumunan ini
meliputi kerumunan yang memiliki pusat perhatian dan persamaan
tujuan dan kerumunan yang dialami sebagai penyalur harapan saja.
b. Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum.
1) Kerumunan yang bertindak secara emosional. Mencapai suatu tujuan
tertentu dengan menggunakan kekuatan fisik dan bertentangan
dengan norma-norma yang berlaku.
2) Bersifat immoral: kerumunan yang bersifat merusak moral.
c. Kerumunan yang bersifat sementara.
1) Kerumunan yang adalah halangan tercapainya maksud seseorang.
2) Kerumunan orang-orang yang sedang dalam keadaan panik karena
terkena musibah atau musibah lainnya.
3) Kerumunan penonton yang terjadi sebab seseorang ingin melihat
adanya kejadian tertentu.
Gambar 5.1
Kerumunan orang di pelelangan ikan yang bersifat sementara.
(Sumber: Kompas, 7 Juni 2006)
117
2. Publik
Publik adalah kelompok yang tidak adalah kesatuan. Hubungan
publik terjadi secara tidak langsung melalui alat-alat komunikasi, seperti
radio, telepon, televisi, film, dan lain-lainnya. Suatu publik mempunyai
suatu pengikut lebih luas dan lebih besar jumlahnya. Setiap aksi daripada
publik diprakarsai oleh harapan individual. Individu-individu dalam
suatu publik masih memiliki kesadaran kedudukan sosial yang
sesungguhnya, dan masih lebih mementingkan diri sendiri daripada
bergabung dalam kerumunan.
Di samping contoh yang dikemukakan di atas masih tidak sedikit perilaku
menyimpang. Misalnya penyalahgunaan wewenang, aksi corat-coret di
tembok atau pagar, perkelahian, pelanggaran norma-norma kesusilaan,
kebut-kebutan, dan minum minuman keras. Perilaku menyimpang yang
dilaksanakan oleh pemuda atau pelajar ditandai dengan dua cara yang
berlawanan, yakni sebagai berikut.
a. Sikap melawan yang biasanya disertai dengan rasa takut, bahwa
masyarakat akan hancur sebab perbuatan-perbuatan menyimpang.
b. Sikap apatis atau acuh tidak acuh biasanya disertai rasa kekecewaan
terhadap masyarakat. Generasi muda biasanya menghadapi problem-
problem sosial dan biologis. Kalau seseorang mencapai usia remaja
maka secara fisik ia telah matang, tetapi untuk dapat dikatakan
dewasa dalam arti sosial ia masih memerlukan faktor-faktor lainnya.
Mereka perlu banyak belajar mengenai nilai-nilai dan norma masyarakat,
lebih-lebih keadaan masyarakat dan kondisinya berbeda-beda sebagai
berikut.
1) Pada masyarakat yang masih sederhana, keadaan ini tidak menimbulkan
persoalan. Sebab anak mendapat pendidikan di lingkungan
kekerabatannya. Perbedaan kedewasaan sosial dan biologis tidak
terlalu menyolok, posisinya di masyarakat ditentukan oleh usianya.
2) Pada masyarakat kota atau masyarakat maju dan kompleks, terhadap
pembagian kerja pada bidang-bidang kehidupan. Pada masyarakat
yang kompleks itu tidak terlalu menuntut kemampuan fisik,
tetapi kemampuan yang bersifat ilmiah.
3) Pada masyarakat yang sedang mengalami masa transisi, generasi
muda seolah-olah terjepit antara norma lama dengan norma baru.
Generasi tua tidak menyadari bahwa sekarang ukurannya bukan
lagi segi usia, tetapi kemampuan. Persoalannya adalah bahwa
generasi muda sama sekali tidak diberi kesempatan untuk
membuktikan kemampuannya.
Kita wajib selektif pada pengaruh kebudayaan dari luar yang
masuk. Kebudayaan yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa harus
kita buang dan mengambil kebudayaan yang cocok dengan kepribadian
118
bangsa kita. Minum minuman keras, kebut-kebutan, dan kebebasan sex
juga adalah perilaku menyimpang sebagai hasil proses sosialisasi
nilai-nilai subkebudayaan menyimpang, sebab tidak sesuai dengan
kepribadian dan kondisi di Indonesia.
Beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat perkotaan sebagai
berikut.
1) Kehidupan keagamaan di perkotaan semakin berkurang bila
dibandingkan dengan kehidupan agama di desa.
2) Orang kota pada biasanya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa
harus bergantung pada orang lain. Yang penting di sini adalah manusia
perorangan atau individu.
3) Di kota-kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan sebab adanya
perbedaan kepentingan, perbedaan paham politik, dan perbedaan agama.
4) Jalan pikiran rasional pada biasanya dianut masyarakat perkotaan.
Interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan pribadi
atau ekonomi.
5) Jalan kehidupan yang cepat di kota-kota berakibat faktor
pentingnya waktu untuk warga kota sehingga pembagian waktu sangat
penting, untuk mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu.
6) Di kota-kota, masing-masing individu kurang berani menghadapi
orang-orang lain dengan latar belakang yang berbeda, pendidikan yang
tidak sama, kepentingan yang berbeda, dan lain-lain.
7) Pembagian kerja di antara masyarakat kota lebih tegas dan mempunyai
batas-batas yang nyata.
8) Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan, juga lebih
banyak diperoleh warga kota daripada warga desa sebab sistem
pembagian kerja yang tegas itu di atas.
K ata Kunci
Akibat proses sosialisasi yang tidak sempurna akan berakibat
terjadinya benturan sehingga timbul kelompok sosial yang tidak
teratur, yaitu kerumunan dan publik.
Sumber : Sosiologi SMA Kelas X
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar