SOSIOLOGI
Sabtu, 10 Oktober 2015
Proses Pertumbuhan Pranata Sosial Dan Fungsi Pranata Sosial
1. Proses Pertumbuhan Pranata Sosial
Untuk mencapai tujuan keteraturan, masyarakat akhirnya mempunyai
sejumlah norma yang wajib dipegang oleh setiap anggota masyarakat
yang masih terikat dalam keanggotaan. Sejumlah norma itulah yang kita
sebut dengan pranata.
Sejumlah ketentuan tidak secara langsung menjadi pranata begitu saja. Tidak
secara otomatis norma yang ada dijadikan pranata kehidupan bersama.
Proses sebuah ketentuan menjadi pranata sosial disebut dengan institusionalisasi
atau pelembagaan.
134
Institusionalisasi, yaitu suatu proses berjalan dan terujinya sebuah
kebiasaan dalam masyarakat menjadi institusi/pranata yang akhirnya
harus menjadi patokan dalam kehidupan bersama.
Proses institusionalisasi itu memakan waktu yang lama dan wajib melalui
proses internalisasi atau pembudayaan, yaitu penghayatan kebiasaan
dalam kehidupan bersama sehingga menjadi milik diri setiap anggota
masyarakat. Sesudah menjadi bagian pranata maka suatu norma mempunyai
kekuatan memaksa agar ditaati masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan pranata menjadi sesuatu yang harus
dipegang dan dijadikan ketentuan yang mengikat dalam masyarakat sebab
proses bertumbuhnya (institusionalisasi) wajib memenuhi 3 syarat sebagai
berikut.
a. Norma itu menjiwai seluruh anggota masyarakat.
b. Diterima oleh sebagian besar anggota masyarakat tanpa ada halangan
yang berarti.
c. Norma itu wajib mempunyai sanksi yang mengikat setiap
anggota masyarakat.
2. Fungsi Pranata Sosial
Fungsi pokok dari pranata sosial, yaitu untuk memenuhi sarana
kebutuhan masyarakat. Kebutuhan itu berkisar pada kebutuhan yang
pokok. Jadi, tidak ada satu pranata pun yang lahir tanpa adanya kebutuhan
yang wajib dipenuhinya. Oleh sebab itu, kebutuhan wajib dipenuhi
sesuai dengan skala prioritas. Pranata sosial memiliki fungsi lain
sebagai berikut.
a. Menjaga keutuhan dari masyarakat yang bersangkutan.
b. Memberikan pedoman pada anggota-anggota masyarakat bagaimana
mereka wajib bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi
masalah dalam masyarakat yang bersangkutan.
c. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk menandakan sistem
pengendalian sosial, yaitu pengawasan dari masyarakat terhadap
tingkah laku anggota-anggotanya.
Ketiga fungsi di atas terwujud dalam setiap jenis/macam pranata. Ada
lima jenis pranata sosial yang sangat penting dalam kehidupan
masyarakat, yaitu pranata keluarga, pranata pendidikan, pranata agama,
pranata ekonomi, dan pranata politik.
135
K ata Kunci
Pranata tumbuh sebab kebutuhan masyarakat untuk keteraturan
kehidupan bersama. Kalau dalam suatu masyarakat tidak ada
pranata yang berlaku tentu kehidupan bersama akan kacau balau
sebab tiap-tiap anggota masyarakat berbuat sesuai dengan kehendak
masing-masing secara bebas.
Tugas
1. Bagilah kelas Anda menjadi dua kelompok. Diskusikan dan
ambillah sikap pada hal-hal sebagai berikut.
Kelompok I, identifikasikan fungsi pranata sosial. Laporkanlah
apa kesulitan dalam pelaksanaan di masyarakat.
Kelompok II, identifikasikan proses pertumbuhan pranata sosial
menjadi ketentuan baru yang diterima seluruh warga.
2. Laporan tiap-tiap kelompok disajikan dalam diskusi kelas. Hasil
laporan berikan kepada guru untuk dinilai.
Sumber : Sosiologi SMA Kelas X
Peran Pranata-Pranata Sosial Dalam Menerapkan Aturan Sosial Dan Mengendalikan Perilaku Menyimpang
1. Pengertian Pranata Sosial Atau Institusi Sosial
Pranata sosial adalah suatu sistem norma yang mengatur segala tindakan
manusia untuk memenuhi kebutuhan pokoknya dalam hidup bermasyarakat.
Sistem norma, yaitu sejumlah ketentuan sosial atau pedoman perilaku yang
pantas, yang menjadi kesepakatan semua anggota masyarakat untuk
dipegang dan dijadikan pedoman untuk mengatur kehidupan bersama.
Apa perbedaan institusi negara dengan institut?
Institusi adalah sistem norma atau ketentuan yang ada, sedangkan institut
adalah wujud nyata/konkret dari norma-norma itu. Misalnya, sebuah
keluarga yang dibangun oleh sepasang suami istri tentu mempunyai
aturan dan norma tertentu. Masyarakat memiliki aturan tersendiri
bagaimana seorang lelaki meminang sampai dengan mengadakan pesta
pernikahan. Semua ketentuan dan norma itulah yang dinamakan dengan
pranata, sedangkan keluarga yang terbentuk itu dinamakan dengan lembaga.
Lembaga juga disebut dengan asosiasi.
130
Pranata adalah seperangkat ketentuan yang berkisar sekitar kegiatan
atau kebutuhan sosial tertentu. Atau dapat dikatakan pranata merupakan
prosedur atau tata cara yang sudah diciptakan untuk mengatur hubungan
antarmanusia yang bergabung dalam suatu kelompok masyarakat yang
disebut sosial.
2. Ciri-Ciri Pranata dan Fungsi Pranata
Sebuah komunitas di mana manusia tinggal bersama membutuhkan
pranata demi tujuan keteraturan. Semakin kompleks kehidupan
masyarakat semakin kompleks pula pranata yang dibutuhkan atau yang
dihasilkan guna pemenuhan kebutuhan pokoknya dalam hidup bersama.
Pranata berjalan seiring dengan semakin majunya masyarakat.
Ciri-ciri pranata sebagai berikut.
a. Pranata secara khusus terwujud dalam asosiasi.
b. Segala kegiatan manusia yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan,
selalu berkaitan dengan pranata sebagai pengaturannya dan asosiasi
sebagai kumpulan orang-orangnya.
c. Suatu institusi sosial, memiliki suatu tradisi baik tertulis ataupun
tak tertulis, yang merumuskan tujuan, tata tertib, dan lain-lain.
d. Lambang-lambang biasanya juga adalah ciri yang khas dari institusi
sosial. Lambang-lambang itu secara simbolis menggambarkan
tujuan dan fungsi institusi yang bersangkutan. Sebagai contoh, kesatuan-
kesatuan universitas, akademi, dan lain-lainnya masing-masing
mempunyai lambang yang berbeda.
e. Institusi sosial memiliki alat-alat perlengkapan yang digunakan untuk
mencapai tujuannya, misalnya bangunan, peralatan, mesin-mesin.
Bentuk serta penggunaan alat-alat itu, biasanya berbeda beda antara satu
masyarakat dengan masyarakat lainnya.
Fungsi pranata atau fungsi institusi sosial sebagai berikut.
a. Dengan institusi tersusun atas objek-objek budaya materiil, pola-pola
khusus tingkah laku, peranan dan harapan, seperangkat sikap, dan
lain-lain.
b. Dengan institusi memberikan petunjuk untuk mengadakan sosial kontrol
terhadap tingkah laku para anggota masyarakat.
c. Dengan institusi, melalui sistem nilai dan pola tingkah laku serta sistem
sanksi dalam kontrol sosial, memiliki pengaruh pada keutuhan
dari institusi itu.
d. Dengan institusi dapat memberikan pedoman tingkah laku bagi
anggota-anggota dalam menghadapi masalah-masalah dalam
masyarakat.
131
e. Dengan institusi dapat menyiapkan para anggota berpartisipasi secara
aktif dalam peranan-peranan yang ditentukannya.
f. Dengan institusi berfungsi mewujudkan beberapa kebutuhan utama
manusia, seperti untuk pakaian, makanan, peralatan, dan lain-lain.
Karena adanya bermacam-macam kegiatan dan kebutuhan sosial maka terdapat
berbagai pranata pada bermacam-macam bidang kehidupan. Telah dijelaskan bahwa
wujud konkret dari pranata adalah asosiasi. Yang dimaksud asosiasi (association)
adalah suatu grup yang diorganisir secara sadar untuk mengejar suatu
kepentingan tertentu. Jadi, asosiasi adalah suatu perangkat untuk mencapai
tujuan.
Di dalam mencapai tujuannya, manusia dapat menempuh 3 cara, yaitu
sebagai berikut.
a. Mereka mengejar tujuan itu dengan cara berkonflik dengan yang lain.
Cara ini bila tidak disalurkan dengan peraturan yang keras akan sangat
membahayakan kehidupan masyarakat itu sendiri.
b. Mereka dapat bertindak sendiri secara bebas. Masing-masing mengikuti
caranya sendiri tanpa memikirkan orang lain, tetapi tindakan asosiasi
ini hanya sedikit kemungkinannya pada masyarakat. Oleh karena
itu, manusia yang satu hidup bersama-sama manusia lain.
c. Manusia dapat mencapai tujuannya secara bersama-sama atas dasar
kerja sama. Misalnya adat kebiasaan pada masyarakat tani, di mana
orang menolong tetangga di waktu panen.
Suatu grup mungkin juga mengorganisasikan dirinya secara sadar dan
terang-terangan untuk mengejar kepentingan bersama. Kalau hal ini terjadi
pengorganisasian diri secara sadar maka lahirlah asosiasi. Tujuan seseorang
menjadi anggota suatu asosiasi adalah sebab kepentingan yang ingin
dicapai melalui organisasi itu.
3. Macam-macam Pranata Sosial
Dr. Koentjaraningrat membagi lembaga sosial atau pranata-pranata
sosial/kemasyarakatan menjadi 8 macam sebagai berikut.
a. Pranata yang memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan ilmiah (scientific
institutions).
Contoh: Metode ilmiah, penelitian, pendidikan ilmiah, dan lain-lain.
b. Pranata yang memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia,
menyatakan rasa keindahan dan rekreasi (aesthetic and recreational
institutions).
Contoh: Seni rupa, seni drama, sport, dan lain-lain.
132
c. Pranata yang memiliki tujuan memenuhi kebutuhan kehidupan kekerabatan
(Kinship) atau domestic institutions.
Contoh: Pertunangan, perkawinan, perceraian, dan lain-lain.
d. Pranata yang memiliki tujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk mata
pencaharian tertentu (economic institutions).
Contoh: Pertanian, peternakan, perburuhan, industri, dan lain-lain.
e. Pranata yang memiliki tujuan memenuhi kebutuhan penerangan, dan
pendidikan (educational institutions).
Contoh: TK, SD, SMP, SMA, Pondok Pesantren, dan lain-lain.
f. Pranata yang memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam
hubungannya dengan Tuhan atau alam gaib (religious institutions).
Contoh: Gereja, masjid, doa, kenduri, dan lain-lain.
g. Pranata yang memiliki tujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk
mengatur kehidupan kelompok atau negara (political institutions).
Contoh: Pemerintahan demokrasi, kehakiman, kepartaian, kepolisian,
adat, tokoh masyarakat, dan sebagainya.
h. Pranata yang memiliki tujuan mengurus kebutuhan jasmani manusia (consultive
institutions).
Contoh: Pemeliharaan kecantikan, kesehatan, kedokteran, dan lain-
lain.
Gambar 6.1
Polisi adalah pelindung masyarakat tanpa membedakan pangkat dan jabatan mereka.
(Sumber: Radar Jogja, 22 April 2006)
133
K ata Kunci
Pranata sosial terdapat dalam setiap masyarakat, baik masyarakat
sederhana atau masyarakat kompleks atau masyarakat modern
karena pranata sosial adalah tuntutan absolut untuk mengatur
suatu masyarakat atau komunitas.
Sumber : Sosiologi SMA Kelas X
Menerapkan Pengetahuan Sosiologi, Aturan Sosial, Dan Pengendalian Sosial
Pada era globalisasi ini dengan ditandai kemajuan telekomunikasi, segala
bentuk kemajuan budaya gampang dan cepat tersebar. Untuk mengurangi dan
mengatasi perilaku menyimpang diperlukan penerapan pengetahuan
sosial, ketentuan sosial, dan pengendalian sosial dalam kehidupan masyarakat.
Dalam penerapan pengetahuan Sosiologi di masyarakat pada era global
saat ini dan di masa yang akan datang sangat penting. Hal ini disebabkan
masyarakat menghadapi tantangan berat sebab kehidupan masyarakat global
selalu mengalami perubahan setiap saat. Dunia tidak tersekat-sekat, pengaruh
asing luar biasa. Setiap masyarakat dan negara wajib siap menghadapi
persaingan ketat.
Penerapan pengetahuan Sosiologi termasuk ilmu sosial meliputi
pengetahuan geografi, sejarah, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran itu
di sekolah, murid diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang
demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
Dalam penerapan pengetahuan sosial dalam kehidupan masyarakat, dirancang
untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis
terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan
bermasyarakat yang dinamis.
Dengan demikian pengetahuan Sosiologi termausk ilmu sosial perlu
dirancang secara sistematis, komprehensif, dan terpadu menuju kehidupan yang
penuh tantangan, persaingan menuju kedewasaan, dan keberhasilan dalam
kehidupan di masyarakat.
Aturan sosial di masyarakat perlu ditegakkan hubungannya dengan nilai,
norma, dan pranata sosial. Hukum di masyarakat wajib tegak dan adil, KKN
harus diberantas, dan segala bentuk perjudian wajib dihilangkan.
Pengendalian sosial adalah pengawasan oleh masyarakat pada jalannya
pemerintahan, khususnya pemerintah beserta aparatnya. Memang ada benarnya
bahwa pengendalian sosial, berarti suatu pengawasan dari masyarakat terhadap
jalannya pemerintahan.
Pengertian pengendalian sosial itu mencakup segala proses, baik
yang direncanakan atau tidak, yang bersifat mendidik, mengajak atau bahkan
memaksa warga masyarakat untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai
sosial yang berlaku.
Beberapa contoh usaha pengendalian sosial sebagai berikut.
1. Pengendalian sosial dapat dilakukan individu pada individu
lainnya, misalnya: orang tua mendidik anak-anaknya agar menyesuaikan
diri pada kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku.
126
2. Pengendalian sosial dilakukan individu pada kelompok sosial,
misalnya: seorang guru SMA memimpin beberapa siswanya di dalam
praktik kerja di lapangan.
3. Pengendalian sosial dapat dilakukan suatu kelompok terhadap
kelompok lainnya, atau oleh suatu kelompok pada individu.
1. Tujuan Pengendalian Sosial dan Sifatnya
Pengendalian sosial memiliki tujuan mencapai keserasian antara stabilitas
dengan perubahan-perubahan dalam masyarakat atau memiliki tujuan untuk
mencapai keadaan damai melalui keserasian antara kepastian dengan
keadilan.
Berdasarkan sifatnya menurut Haryanto pengendalian sosial dapat
bersifat preventif atau represif atau bahkan kedua-duanya.
a. Preventif adalah suatu usaha pencegahan pada terjadinya
gangguan-gangguan pada keserasian antara kepastian dengan keadilan.
Usaha-usaha preventif, misalnya dijalankan melalui proses sosialisasi,
pendidikan formal dan informal, teguran, dan seterusnya.
b. Represif adalah usaha pencegahan yang memiliki tujuan untuk dapat
mengembalikan keserasian yang pernah mengalami gangguan. Usaha
represif berwujud hukuman, sanksi pada warga masyarakat yang
melanggar dari kaidah-kaidah yang berlaku, dapat melalui ajaran agama.
Agama yang mewajibkan untuk para pemeluknya taat dan patuh terhadap
hukum-hukum agama.
2. Cara Melaksanakan Aturan Sosial dan Pengendalian Sosial
Cara penerapan ketentuan sosial dan pengendalian sosial dapat dilaksanakan
dengan bermacam-macam cara. Pada prinsipnya berkisar pada cara-cara tanpa
kekerasan (persuasif) ataupun dengan paksaan (coersive). Cara mana yang
sebaiknya diterapkan, bergantung pada siapa pengendalian sosial itu
hendak diperlakukan dan dalam keadilan yang bagaimana akan dilaksanakan.
a. Di dalam masyarakat yang tenteram, cara-cara persuasif atau tanpa
kekerasan akan lebih efektif daripada penggunaan paksaan. Hal ini
dikarenakan di dalam masyarakat yang tenteram sebagian besar dari
kaidah-kaidah dan nilai-nilai sudah melembaga. Namun demikian
walaupun bagaimana tenteramnya suatu masyarakat pasti masih
dijumpai warga-warga yang melaksanakan tindakan-tindakan menyimpang.
Terhadap mereka yang melaksanakan penyimpangan diperlukan suatu
paksaan, agar tidak terjadi goncangan-goncangan yang mengganggu
ketenteraman yang sudah ada.
127
b. Dengan paksaan atau coersive sering diperlukan di dalam masyarakat yang
sedang mengalami perubahan. Dalam keadaan seperti itu pengendalian
sosial membentuk kaidah-kaidah baru untuk menggantikan kaidah-
kaidah lama yang sudah goyah. Cara-cara menggunakan kekerasan ada
batas-batasnya, tidak selalu dapat diterapkan. Biasanya kekerasan
menimbulkan reaksi negatif. Reaksi negatif itu selalu mencari
kesempatan dan menunggu saat di mana agent of social control berada
dalam keadaan lemah.
c. Teknik compulsion dan pervasion. Dalam compulsion diciptakan situasi
sedemikian rupa sehingga seseorang terpaksa taat atau mengubah sikapnya,
yang menghasilkan kepatuhan secara tidak langsung, sedangkan pada
pervasion norma atau nilai yang ada diulang-ulang penyampaiannya,
dengan harapan bahwa hal itu masuk aspek bawah sadar seseorang.
Dengan demikian maka orang tadi akan mengubah sikapnya sehingga
serasi dengan hal-hal yang diulang-ulang penyampaiannya itu.
3. Alat-alat yang Dipergunakan untuk Melaksanakan Aturan Sosial dan
Pengendalian Sosial
Setiap masyarakat akan mempergunakan alat-alat untuk melaksanakan
aturan sosial dan pengendalian yang cocok dengan kebutuhannya.
Namun yang paling penting adalah bagaimana caranya agar pengendalian
sosial itu melembaga dan mendarah daging dalam masyarakat yang
bersangkutan, agar efektif dalam penerapannya. Alat-alat yang dipergunakan
untuk melakukan aturan sosial dan pengendalian sosial sebagai
berikut.
a. Penyebaran rasa malu di dalam bentuk desas desus mengenai orang-
orang yang bertingkah laku menyimpang, akan lebih efektif terutama
bagi pengendalian diri individu sendiri.
b. Pendidikan baik di sekolah atau di luar sekolah adalah salah
satu perangkat pengendalian sosial yang sudah melembaga, baik pada
masyarakat sederhana atau masyarakat yang sudah kompleks.
c. Teguran dari penguasa pada warga masyarakat yang melanggar.
d. Hukum dalam arti luas, juga adalah alat pengendalian sosial yang
paling bagus sebab lazimnya disertai dengan sanksi-sanksi yang tegas.
e. Ajaran-ajaran agama yang memberikan contoh hak, kewajiban, dan
larangan-larangan untuk para umatnya.
Perwujudan penerapan ketentuan sosial dan pengendalian sosial sebagai
berikut.
a. Penghukuman pada pelanggaran dan larangan yang akan mengakibatkan
kena sanksi untuk pelanggarnya. Kepentingan-kepentingan dari seluruh
kelompok masyarakat dilindungi pelanggar, akan terkena sanksi.
128
b. Pada peristiwa kompensasi standarnya adalah kewajiban di mana
inisiatif untuk memprosesnya ada pada pihak yang dirugikan. Pihak
yang dirugikan akan minta ganti rugi, sebab pihak lawan melakukan
cedera janji. Di sini ada pihak yang kalah dan ada pihak yang menang.
c. Terapi atau konsiliasi yang bersifat remedial. Artinya tujuan untuk
mengembalikan situasi pada keadaan semula sebelum terjadinya sengketa.
Yang pokok bukan siapa yang kalah atau menang, akan, tetapi yang
penting adalah menghilangkan keadaan yang tidak menyenangkan.
Oleh sebab itu, pada terapi dan konsiliasi adalah normalitas dan
keserasian. Pada terapi, korban mengambil inisiatif sendiri untuk
memperbaiki dirinya dengan pertolongan pihak-pihak tertentu. Misalnya
kasus penyalahgunaan narkotika si korban akhirnya sadar dengan
sendirinya. Pada konsiliasi masing-masing pihak yang bersengketa
mencari upaya untuk menyelesaikannya, dengan kompromi atau
mengundang pihak ketiga.
Perwujudan pengendalian sosial itu, tidak berdiri sendiri-sendiri,
tetapi mungkin adalah kombinasi antara bermacam-macam wujud sebagai
alternatif.
4. Organisasi Sosial Masyarakat
Pokok perhatian utama Sosiologi dewasa ini adalah organisasi sosial.
Secara sederhana, masyarakat yang di dalamnya adalah kita sendiri
sebagai salah satu anggotanya. Dalam organisasi sosial terdapat kelompok-
kelompok dan tata cara yang mereka ciptakan. Organisasi sosial merupakan
jaringan hubungan antarwarga-warga masyarakat yang bersangkutan di
dalam suatu tempat dan dalam waktu yang relatif lama. Di dalam organisasi
sosial terdapat unsur-unsur seperti kelompok dan perkumpulan.
Kelompok dan perkumpulan orang mempunyai kesadaran bersama
terhadap keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok adalah sebagai
dua orang atau lebih yang mempunyai kesamaan identitas dan berinteraksi
satu sama lain secara terstruktur untuk mencapai tujuan bersama.
K ata Kunci
Penerapan pengetahuan Sosiologi dan pengetahuan sosial, aturan
sosial serta pengendalian sosial dalam kehidupan bermasyarakat
secara optimal sangat penting agar masyarakat dapat tenang, aman,
dan sejahtera.
129
Tugas
Kerjakan secara berkelompok! Carilah CD pembelajaran dengan
topik ”Kebudayaan Desa dan Kota”!
1. Siapkan perangkat dan bahan!
a. Kertas dan alat-alat tulis
b. CD pembelajaran TV, VCD
2. Amatilah tayangan CD pembelajaran itu!
a. Duduk tenang dalam seting kelompok kecil!
b. Lakukan pengamatan dengan tenang penuh perhatian!
c. Hal-hal yang diamati: ciri-ciri masyarakat, aktivitas masyarakat,
kondisi fisik, kondisi lingkungan, sifat paguyuban/patembayan,
pola kegotongroyongan, sarana masyarakat, dan lain-lainnya!
d. Setelah selesai, lakukan diskusi dengan teman Anda!
Laporkanlah hasil tayangan CD dan hasil diskusi secara tertulis
kepada bapak/ibu guru untuk dinilai.
Sumber : Sosiologi SMA Kelas X
Proses Pembentukan Perilaku Menyimpang Dan Sikap Antisosial Sebagai Akibat Proses Sosialisasi Yang Tidak Sempurna
Perilaku menyimpang seseorang atau kelompok sebab akibat proses
sosialisasi yang tidak sempurna dan akan mengakibatkan terjadinya benturan
sehingga timbul kelompok-kelompok sosial yang tidak teratur. Kelompok sosial
yang tidak teratur menurut Soerjono Soekanto, dibedakan menjadi 2 golongan,
yakni kerumunan dan publik.
1. Kerumunan (Crowd)
Kerumunan adalah kumpulan orang yang tidak teratur, terjadi secara
spontan. Kerumunan adalah suatu kelompok sosial bersifat sementara.
Kerumunan segera berakhir, setelah orang-orang bubar.
Ukuran utama adanya kerumunan, yaitu kedatangan orang-orang secara
fisik. Kerumunan itu tidak terorganisasikan. Dia dapat mempunyai
pimpinan dan tidak memiliki sistem pembagian kerja. Identitas sosial
seseorang biasanya tenggelam kalau orang yang bersangkutan ikut serta
dalam kerumunan.
Untuk membubarkan suatu kerumunan diperlukan usaha-usaha tertentu
sebagai berikut.
a. Usaha mengalihkan pusat perhatian. Misalnya mengusahakan agar individu-
individu sadar kembali akan kedudukan dan peranan yang sesungguhnya.
b. Usaha lain yang dapat untuk menakuti mereka misalnya suatu
demonstrasi, dibubarkan dengan gas air mata atau dengan tembakan-
tembakan peringatan dari senjata api.
c. Sering kali diusahakan dengan cara memecah belah pendapat umum
kerumunan itu sehingga terjadi pertentangan antara mereka itu sendiri.
Sering dikatakan, bahwa kerumunan timbul dalam kelas-kelas organisasi
sosial suatu masyarakat. Sifatnya yang sementara tidak memungkinkan
terbentuknya tradisi dan kebudayaan tersendiri. Alat-alat pengendalian
sosial tidak juga dipunyai sebab sifatnya hanya spontan.
Individu-individu yang berkerumun, mereka berkumpul secara kebetulan
saja di suatu tempat dan pada waktu yang bersamaan. Hal ini bukanlah
berarti bahwa sama sekali tidak ada penyebab mengapa mereka berkumpul.
Dapat terjadi bahwa yang menjadi sebab sebab mempergunakan fasilitas-
fasilitas yang sama dalam memenuhi harapan pribadinya. Misalnya
membeli karcis kereta api untuk bepergian, karcis THR, karcis bioskop,
memesan makanan di restoran, menonton pertandingan tinju di GOR,
melihat konser band di stadion, dan lain-lain. Semuanya itu terjadi karena
penyaluran harapan yang terdapat pada diri seseorang. Bahkan,
kerumunan terjadi disebabkan seseorang ingin meniru perbuatan orang
lain, lalu diikuti oleh orang lain yang menyaksikannya.
116
Norma-norma dalam masyarakat atau pemerintah sering membatasi
terjadinya kerumunan. Masyarakat tertentu melarang atau membatasi
diadakannya demonstrasi. Suatu kerumunan yang sudah beraksi, bila
datangnya pihak lain yang tidak bertanggung jawab mempunyai
kecenderungan merusak. Banyak bukti-bukti, bahwa kerumunan liar
dianggap sebagai gejala sosial yang kurang disukai dalam masyarakat
yang teratur. Sebaliknya ada kerumunan yang dapat diarahkan pada
tujuan baik seperti kumpulan manusia yang menghadiri suatu
ceramah keagamaan.
Oleh sebab itu, kerumunan dapat dibedakan atas:
a. kerumunan yang dikendalikan oleh keinginan-keinginan pribadi,
b. kerumunan yang berguna untuk organisasi masyarakat yang timbul
dengan sendirinya tanpa diduga sebelumnya.
Atas dasar perbedaan kerumunan itu, kita dapati bentuk-bentuk
umum kerumunan sebagai berikut.
a. Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur sosial. Kerumunan ini
meliputi kerumunan yang memiliki pusat perhatian dan persamaan
tujuan dan kerumunan yang dialami sebagai penyalur harapan saja.
b. Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum.
1) Kerumunan yang bertindak secara emosional. Mencapai suatu tujuan
tertentu dengan menggunakan kekuatan fisik dan bertentangan
dengan norma-norma yang berlaku.
2) Bersifat immoral: kerumunan yang bersifat merusak moral.
c. Kerumunan yang bersifat sementara.
1) Kerumunan yang adalah halangan tercapainya maksud seseorang.
2) Kerumunan orang-orang yang sedang dalam keadaan panik karena
terkena musibah atau musibah lainnya.
3) Kerumunan penonton yang terjadi sebab seseorang ingin melihat
adanya kejadian tertentu.
Gambar 5.1
Kerumunan orang di pelelangan ikan yang bersifat sementara.
(Sumber: Kompas, 7 Juni 2006)
117
2. Publik
Publik adalah kelompok yang tidak adalah kesatuan. Hubungan
publik terjadi secara tidak langsung melalui alat-alat komunikasi, seperti
radio, telepon, televisi, film, dan lain-lainnya. Suatu publik mempunyai
suatu pengikut lebih luas dan lebih besar jumlahnya. Setiap aksi daripada
publik diprakarsai oleh harapan individual. Individu-individu dalam
suatu publik masih memiliki kesadaran kedudukan sosial yang
sesungguhnya, dan masih lebih mementingkan diri sendiri daripada
bergabung dalam kerumunan.
Di samping contoh yang dikemukakan di atas masih tidak sedikit perilaku
menyimpang. Misalnya penyalahgunaan wewenang, aksi corat-coret di
tembok atau pagar, perkelahian, pelanggaran norma-norma kesusilaan,
kebut-kebutan, dan minum minuman keras. Perilaku menyimpang yang
dilaksanakan oleh pemuda atau pelajar ditandai dengan dua cara yang
berlawanan, yakni sebagai berikut.
a. Sikap melawan yang biasanya disertai dengan rasa takut, bahwa
masyarakat akan hancur sebab perbuatan-perbuatan menyimpang.
b. Sikap apatis atau acuh tidak acuh biasanya disertai rasa kekecewaan
terhadap masyarakat. Generasi muda biasanya menghadapi problem-
problem sosial dan biologis. Kalau seseorang mencapai usia remaja
maka secara fisik ia telah matang, tetapi untuk dapat dikatakan
dewasa dalam arti sosial ia masih memerlukan faktor-faktor lainnya.
Mereka perlu banyak belajar mengenai nilai-nilai dan norma masyarakat,
lebih-lebih keadaan masyarakat dan kondisinya berbeda-beda sebagai
berikut.
1) Pada masyarakat yang masih sederhana, keadaan ini tidak menimbulkan
persoalan. Sebab anak mendapat pendidikan di lingkungan
kekerabatannya. Perbedaan kedewasaan sosial dan biologis tidak
terlalu menyolok, posisinya di masyarakat ditentukan oleh usianya.
2) Pada masyarakat kota atau masyarakat maju dan kompleks, terhadap
pembagian kerja pada bidang-bidang kehidupan. Pada masyarakat
yang kompleks itu tidak terlalu menuntut kemampuan fisik,
tetapi kemampuan yang bersifat ilmiah.
3) Pada masyarakat yang sedang mengalami masa transisi, generasi
muda seolah-olah terjepit antara norma lama dengan norma baru.
Generasi tua tidak menyadari bahwa sekarang ukurannya bukan
lagi segi usia, tetapi kemampuan. Persoalannya adalah bahwa
generasi muda sama sekali tidak diberi kesempatan untuk
membuktikan kemampuannya.
Kita wajib selektif pada pengaruh kebudayaan dari luar yang
masuk. Kebudayaan yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa harus
kita buang dan mengambil kebudayaan yang cocok dengan kepribadian
118
bangsa kita. Minum minuman keras, kebut-kebutan, dan kebebasan sex
juga adalah perilaku menyimpang sebagai hasil proses sosialisasi
nilai-nilai subkebudayaan menyimpang, sebab tidak sesuai dengan
kepribadian dan kondisi di Indonesia.
Beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat perkotaan sebagai
berikut.
1) Kehidupan keagamaan di perkotaan semakin berkurang bila
dibandingkan dengan kehidupan agama di desa.
2) Orang kota pada biasanya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa
harus bergantung pada orang lain. Yang penting di sini adalah manusia
perorangan atau individu.
3) Di kota-kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan sebab adanya
perbedaan kepentingan, perbedaan paham politik, dan perbedaan agama.
4) Jalan pikiran rasional pada biasanya dianut masyarakat perkotaan.
Interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan pribadi
atau ekonomi.
5) Jalan kehidupan yang cepat di kota-kota berakibat faktor
pentingnya waktu untuk warga kota sehingga pembagian waktu sangat
penting, untuk mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu.
6) Di kota-kota, masing-masing individu kurang berani menghadapi
orang-orang lain dengan latar belakang yang berbeda, pendidikan yang
tidak sama, kepentingan yang berbeda, dan lain-lain.
7) Pembagian kerja di antara masyarakat kota lebih tegas dan mempunyai
batas-batas yang nyata.
8) Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan, juga lebih
banyak diperoleh warga kota daripada warga desa sebab sistem
pembagian kerja yang tegas itu di atas.
K ata Kunci
Akibat proses sosialisasi yang tidak sempurna akan berakibat
terjadinya benturan sehingga timbul kelompok sosial yang tidak
teratur, yaitu kerumunan dan publik.
Sumber : Sosiologi SMA Kelas X
Jenis Dan Bentuk Perilaku Menyimpang Dan Sikap Antisosial
1. Jenis-jenis Perilaku Menyimpang dan Sikap Antisosial
a. Penyimpangan Primer dan Sekunder
Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki pola-pola perilaku
tertentu. Ada kalanya manusia berperilaku sesuai dengan kehendak
umum, tetapi di lain waktu bertindak menentang atau tidak sesuai dengan
kehendak umum. Oleh sebab itu, dikenal dua jenis penyimpangan
sosial, yaitu penyimpangan sosial primer dan penyimpangan sosial
sekunder.
1) Penyimpangan Sosial Primer
Penyimpangan sosial primer adalah penyimpangan yang bersifat
sementara (temporer). Orang yang melaksanakan penyimpangan
110
primer masih tetap dapat diterima oleh kelompok sosialnya karena
tidak secara terus-menerus melanggar norma-norma umum.
Contoh: Pelanggaran pada rambu-rambu lalu lintas.
2) Penyimpangan Sosial Sekunder
Penyimpangan sosial sekunder adalah penyimpangan sosial
yang dilakukan secara terus-menerus, walaupun sanksi telah
diberikan padanya sehingga para pelaku biasanya dikenal
sebagai orang yang berperilaku menyimpang.
Contoh: Seseorang yang peminum dan pemabuk minuman keras
di mana pun dia berada akan dibenci orang.
b. Penyimpangan Individu dan Kelompok
Berdasarkan jumlah individu yang terlibat dalam perilaku
menyimpang maka penyimpangan sosial menurut Drs. Kuswanto
dibedakan menjadi dua jenis sebagai berikut.
1) Penyimpangan Individu
Penyimpangan dilakukan sendiri tanpa ada campur tangan
orang lain. Hanya satu individu yang melaksanakan sesuatu yang
bertentangan dengan norma-norma umum yang berlaku. Perilaku
seperti ini secara nyata menolak norma-norma yang sudah diterima
biasanya dan berlaku dalam waktu yang relatif lama.
2) Penyimpangan Kelompok
Penyimpangan kelompok terjadi apabila perilaku menyimpang
dilakukan bersama-sama dalam kelompok tertentu.
Perilaku menyimpang kelompok ini agak rumit sebab kelompok-
kelompok itu memiliki nilai-nilai, norma-norma, sikap, dan
tradisi sendiri. Fanatisme anggota pada kelompoknya dapat
menyebabkan mereka merasa tidak melaksanakan perilaku menyimpang.
Penyimpangan kelompok lebih berbahaya bila dibandingkan dengan
penyimpangan individu.
Contoh:
* Kelompok (geng) kejahatan terorganisir yang melakukan
penyelundupan dan perampokan.
* Kelompok pengacau keamanan dengan tujuan-tujuan tertentu
(teroris).
* Kelompok yang ingin memisahkan diri dari suatu negara (separatis).
2. Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang dan Sikap Antisosial
Bentuk perilaku menyimpang itu antara lain penyalahgunaan narkotika,
perkelahian pelajar, perilaku seksual di luar nikah, dan sebagainya.
111
a. Penyalahgunaan Narkotika
Sebelum menguraikan bahaya sebagai akibat penyalahgunaan
narkotika, untuk jelasnya kita awali dengan meninjau khasiat narkotika
dari segi medis. Narkotika itu khasiat utama sebagai analgetika, yaitu
mengurangi rasa sakit dan penenang yang hanya digunakan di rumah sakit
dan untuk orang yang menderita sakit yang sudah tidak tahan lagi.
Misalnya sakit kanker atau diberikan kepada orang-orang yang
akan mengalami operasi. Di samping khasiat utama seperti yang
tersebut di atas narkotika juga menimbulkan efek yang disebut halusinasi
(khayalan), impian yang indah-indah atau rasa nyaman. Dengan timbulnya
efek halusinasi inilah yang menyebabkan sekelompok masyarakat
terutama di kalangan remaja ingin menggunakan narkotika, meskipun
tidak menderita sakit apa-apa. Hal inilah yang berakibat terjadi
penyalahgunaan obat (narkotika). Bahaya-bahaya yang bila menggunakan
narkotika yang tidak sesuai dengan peraturan, yang timbul adalah
adanya ”addiksi” = ketergantungan obat (ketagihan).
Addiksi adalah suatu keracunan obat yang bersifat kronik atau periodik
sehingga kehilangan kontrol pada dirinya dan menimbulkan
kerugian pada dirinya sendiri atau masyarakat.
Orang-orang yang sudah terlibat pada penyalahgunaan narkotika,
pada mulanya masih dalam ukuran (dosis) yang normal, lama kelamaan
penggunaan obat menjadi kebiasaan (habituasi), setelah biasa
menggunakan lalu untuk menimbulkan efek yang sama diperlukan
dosis yang lebih tinggi (toleransi). Setelah fase toleransi ini akhirnya
menjadi dependensi (ketergantungan), merasa tidak dapat hidup tanpa
narkotika.
Adapun gejala-gejala diri korban ketergantungan obat narkotika
menurut Kuswanto menunjukkan hal-hal sebagai berikut.
1) Tingkah laku yang tidak dapat diterima oleh masyarakat yang ada
di sekelilingnya, bertindak semaunya sendiri, indisipliner, sering
berdusta, membolos sekolah, terlambat bangun pagi, ingin selalu ke
luar rumah, menghabis-habiskan makanan di rumah tanpa mengingat
anggota keluarga yang lain.
2) Pada proses yang lebih tinggi, kenakalan meningkat sampai mau
mengambil barang berharga (mencuri).
3) Pada takaran yang tinggi penderita merasa dirinya paling tinggi, paling
hebat, merasa kuat dan sanggup melaksanakan apa saja.
4) Pada saat efek mulai menurun penderita sangat gelisah, merasa
diancam, dikejar-kejar ingin menyakiti dirinya sendiri sampai
bunuh diri atau membunuh orang lain.
Reaksi demikian inilah yang dinamakan ketergantungan obat, yang
dapat merugikan dirinya sendiri atau masyarakat.
112
Jenis-jenis narkotika yang sering digunakan sebagai berikut.
1) Candu (Opium)
Berasal dari tumbuh-tumbuhan Papaver somni ferum termasuk
golongan semak tingginya 70-110 cm. Bunganya berwarna merah,
ungu, dan putih. Buahnya berbentuk seperti pemukul gong, di
sinilah disadap getahnya sebagai penghasil candu. Negara
penghasil: Rusia Selatan, India, Meksiko, Iran, Cina, Turki, dan
Afrika Selatan.
2) Morfin
Morfin adalah zat yang diperoleh dari candu ditemukan
tahun 1805 oleh ahli farmasi Jerman yang bernama Seturnur.
Umumnya warnanya putih berwujud bubukan, pahit rasanya.
Dengan bahan baku morfin melalui proses kimia dapat menghasilkan
zat pembius, menenangkan sistem urat saraf. Jenis lainnya, yaitu
heroin dan kokain.
3) Alkohol
Mempunyai sifat menimbulkan gangguan pada susunan saraf.
Alkohol pada minuman keras contohnya Jenever dan Brendi.
Apabila diminum mula-mula menjadikan riang gembira, banyak
berbicara (Euphorie), kesadarannya merendah, keseimbangan badan
terganggu, dan mabuk.
Akibat pemakaian alkohol yang berlebihan dapat terjadi
kelumpuhan sebab radang saraf.
4) Kokain
Diperoleh dari tumbuh-tumbuhan Eryth roxylon coca, termasuk
golongan semak tingginya mencapai 2 m. Daunnya mengandung
zat pembius. Serbuk kokain warnanya putih rasanya pahit, banyak
dipakai dalam lingkungan pembedahan atau operasi.
5) Ganja (Mariyuana)
Ganja diperoleh dari tanaman bernama Canabis Sativa.
Tumbuhan ini termasuk golongan semak, cocok di daerah tropis
dan subtropis. Yang diambil adalah daunnya, diiris-iris dan
dikeringkan seperti tembakau.
6) Kofein
Kopi mengandung zat kofein yang mempengaruhi susunan
saraf dan jantung, menyebabkan orang sulit tidur. Orang yang
biasanya minum kopi, dapat ketagihan, badan merasa lemas dan
kepala pusing.
7) LSD = Lysergic Acid Diethylamide
Diketemukan Dr. Albert Hoffman dari Jerman. Bila LSD dimakan
menyebabkan halusinasi, bayangan denganmacam -macam khayalan.
113
8) Tembakau
Mengandung racun nikotin yang keras, untungnya nikotin
banyak yang lenyap pada waktu tembakau terbakar oleh rokok.
Nikotin merangsang susunan urat saraf dapat menimbulkan
ketagihan. Tir adalah zat yang terkandung dalam tembakau
yang dapat menimbulkan penyakit kanker paru-paru.
Mengapa para remaja wajib diselamatkan dari bahaya narkotika?
Orang tua tidak selamanya kuat dan tetap hidup. Orang tua itu bila
sudah umur 55 tahun ke atas, tenaganya tidak kuat lagi untuk bekerja.
Umur 55 tahun untuk pegawai negeri sudah mulai pensiun dan harus
diganti dengan angkatan muda.
Tenaga pengganti haruslah orang yang lebih cakap, lebih pintar,
lebih baik, agar masa depan bangsa semakin baik, dan lebih maju. Oleh
sebab itu, remaja wajib diselamatkan sebab ditangannyalah terletak nasib
bangsa dan negara. Karena itu para remaja haruslah mempersiapkan
diri menjadi orang besar berjiwa besar, ulet, dan tangguh menghadapi
kesulitan-kesulitan dan mampu mengatasinya.
b. Perkelahian Pelajar
Perkelahian antarpelajar dapat merusak dan memperlemah
persatuan dan kesatuan para pelajar di samping merusak nilai-nilai
sosial. Peranan organisasi pelajar seperti OSIS, Palang Merah Remaja,
Pramuka, dan lain-lain sangat penting di dalam pembentukan sikap
dan tingkah laku para pelajar. Melalui organisasi-organisasi pelajar kita
kembangkan kreativitas dan efektivitas kaum pelajar. Apabila terjadi
masalah, selesaikan dengan musyawarah. Kita selesaikan menurut
jalur musyawarah atau jalur hukum, jangan menggunakan kekuatan
fisik untuk menyelesaikan.
c. Perilaku Seksual di Luar Nikah
Perilaku seksual di luar nikah terjadi sebagai akibat masuknya
kebudayaan barat. Perilaku seksual di luar nikah sangat bertentangan
dengan nilai-nilai agama atau nilai-nilai sosial pada masyarakat
Indonesia.
Masuknya paham ”Children Of God” sangat bertentangan dengan
nilai-nilai yang ada dalam masyarakat . Karena pada dasarnya Children
Of God (COG) adalah free sex di luar nikah menurut ajaran agama
adalah dosa besar.
114
K ata Kunci
Perilaku menyimpang seperti penyalahgunaan narkotika, perkelahian
pelajar, dan perilaku seksual di luar nikah semuanya merupakan
problem sosial menyangkut hal-hal yang berlawanan dengan nilai-
nilai dalam masyarakat. Masyarakat tidak menyukai tindakan-tindakan
penyimpangan itu. Sehubungan dengan problem-problem itu,
kuatkan mental dan iman Anda sebagai pelajar. Carilah teman yang
baik, carilah kegiatan yang bersifat positif, berolahragalah agar jasmani
dan rohani menjadi kuat, pelajarilah dan tingkatkan pengetahuan
agama Anda masing-masing!
Tugas
Aksi sosial menentang perilaku menyimpang!
Bagilah kelas Anda dalam empat kelompok. Diskusikan dan
ambillah sikap pada hal-hal sebagai berikut.
1. Kelompok I, identifikasikan masalah dari salah satu perilaku
penyimpangan sosial yang dekat dengan sekolah Anda!
2. Kelompok II, rumuskan bermacam-macam alternatif pemecahan masalah
dari identifikasi masalah perilaku penyimpangan sosial yang
dikerjakan kelompok I!
3. Kelompok III, tentukan kebijakan alternatif pemecahan masalah
yang dipilih sesuai rumusan kelompok II!
4. Kelompok IV, tentukan langkah-langkah aksi sosial yang
mungkin dilaksanakan bersama oleh seluruh kelas. Buatlah
jadwal pelaksanaan!
Diskusikan urut masing-masing kelompok I - kelompok IV.
Laporan hasil diskusi serahkan guru untuk dinilai!
Sumber : Sosiologi SMA Kelas X
Pengertian, Ciri, dan Sebab Perilaku Menyimpang
Setiap hari media massa baik dari koran, majalah, radio, TV menyiarkan
berbagai macam berita. Berita itu misalnya bermacam-macam macam aktivitas
manusia sebagai penyimpangan pada nilai norma dan pranata sosial yang
berlaku. Contoh: penganiayaan, pembunuhan, perampokan, penodongan,
penggendaman (sihir), pencurian, dan lain-lainnya. Berita itu muncul
setiap hari sehingga dapat menimbulkan kegelisahan masyarakat.
1. Pengertian Perilaku Menyimpang
Beberapa ahli sosiologi memberikan definisi perilaku menyimpang
(penyimpangan sosial) sebagai berikut.
a. Bruce J. Cohen
Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil
menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau
kelompok tertentu dalam masyarakat.
b. James Vander Zander
Perilaku menyimpang adalah perilaku yang dianggap sebagai hal
tercela dan di luar batas-batas toleransi oleh sejumlah besar orang.
c
Robert M.Z. Lawang
Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari
norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan
usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki
perilaku itu.
Dari definisi-definisi di atas, pengertian perilaku menyimpang dapat
disederhanakan setiap perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma
yang ada di dalam masyarakat. Perilaku seperti ini terjadi disebabkan
seseorang mengabaikan norma atau tidak mematuhi patokan di
masyarakat.
2. Ciri-ciri Perilaku Menyimpang dan Sikap-sikap Antisosial
Penyimpangan sosial mempunyai 6 ciri sebagai berikut.
a. Penyimpangan Harus Dapat Didefinisikan
Perilaku menyimpang bukanlah semata-mata ciri tindakan yang
dilakukan orang, melainkan akibat dari adanya peraturan dan
penerapan sanksi yang dilakukan orang lain pada perilaku
tersebut.
104
b. Penyimpangan Bisa Diterima Bisa Juga Ditolak
Perilaku menyimpang tidak selalu adalah hal yang negatif.
Ada beberapa penyimpangan yang diterima bahkan dipuji dan dihormati,
seperti orang jenius yang mengemukakan pendapat baru yang kadang-
kadang bertentangan dengan pendapat umum.
c. Penyimpangan Relatif dan Penyimpangan Mutlak
Umumnya pada masyarakat modern, tidak ada seorang pun yang
masuk kategori sepenuhnya penurut (konformis) ataupun sepenuhnya
penyimpang.
Secara umum, penyimpangan yang dilakukan tiap orang cenderung
relatif. Bahkan orang yang tadinya penyimpang absolut lambat laun
harus berkompromi dengan lingkungannya dan akhirnya tidak
menyimpang.
d. Penyimpangan Terhadap Budaya Nyata Ataukah Budaya Ideal
Budaya ideal di sini adalah segenap peraturan hukum yang berlaku
dalam suatu kelompok masyarakat, tetapi dalam kenyataannya tidak
ada seorang pun yang patuh pada segenap peraturan hukum yang
berlaku. Akibatnya antara budaya nyata dengan budaya ideal selalu
terjadi kesenjangan.
e. Terdapat Norma-norma Penghindaran Dalam Penyimpangan
Pada suatu masyarakat terdapat nilai atau norma yang melarang suatu
perbuatan yang ingin sekali diperbuat oleh banyak orang maka akan
muncul "norma-norma penghindaran". Norma penghindaran adalah pola
perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi harapan mereka,
tanpa wajib menentang nilai-nilai tata kelakuan secara terbuka.
f. Penyimpangan Sosial Bersifat Adaptif (Menyesuaikan)
Penyimpangan sosial tidak selalu menjadi ancaman sebab kadang-
kadang dapat dianggap sebagai perangkat pemelihara stabilitas sosial. Di satu
pihak, masyarakat memerlukan keteraturan dan kepastian dalam
kehidupan. Kita wajib mengetahui, sampai batas tertentu, perilaku apa
yang kita harapkan dari orang lain, anggotanya. Di lain pihak, perilaku
menyimpang adalah salah satu cara untuk menyesuaikan
kebudayaan dengan perubahan sosial.
105
3. Sebab-sebab Terjadinya Perilaku Menyimpang dan Sikap Antisosial
dari Sudut Pandang Biologi
Perilaku menyimpang seseorang bisa menjadi awal dari terbentuknya
suatu norma baru. Jika semakin banyak orang ikut menerapkan perilaku
menyimpang itu, dan kelompok terorganisasi ikut menunjang dan
membenarkan penyimpangan itu maka perbuatan itu tidak lagi
dilihat sebagai perilaku menyimpang, tetapi justru sebagai norma
baru. Pada masyarakat modern dewasa ini, banyak kita temukan para
wanita yang bekerja di luar rumah dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan
yang dilakukan pria.
Dari sudut pandang biologis bahwa penyimpangan sosial berhubungan
dengan faktor-faktor biologis, seperti tipe sel-sel tubuh. Sejumlah ilmuwan
seperti Lombroso, Kretschmer, Hooton, Von Hentig, dan Sheldon
melakukan bermacam-macam studi yang menyatakan bahwa orang yang mempunyai
tipe tubuh tertentu lebih cenderung melaksanakan perbuatan menyimpang.
a. Kriminolog Italia Cesare Lombroso berpendapat bahwa orang jahat
dicirikan dengan ukuran rahang dan tulang-tulang pipi panjang,
kelainan pada mata yang khas, tangan-tangan, jari-jari kaki serta
tangan relatif besar, dan susunan gigi yang abnormal.
b. Sheldon mengidentifikasikan tipe tubuh menjadi tiga tipe dasar, yaitu
endomorph (bundar, halus, dan gemuk), mesomorph (berotot dan atletis),
ectomorph (tipis dan kurus) memiliki kecenderungan sifat-sifat
kepribadian dan kepribadiannya masing-masing. Misalnya, para
penjahat biasanya mempunyai tipe tubuh mesomorph.
Para ahli ilmu sosial meragukan kebenaran teori mengenai tipe tubuh
tersebut. Meskipun ditunjang oleh bermacam-macam bukti empiris, para kritikus
menemukan sejumlah kesalahan metode penelitian sehingga menimbulkan
keraguan pada kebenaran teori itu.
4. Sebab-sebab Terjadinya Perilaku Menyimpang dan Sikap Antisosial
dari Sudut Pandang Psikologi
Teori ini berpandangan bahwa penyakit mental dan gangguan
kepribadian berkaitan erat dengan beberapa bentuk perilaku menyimpang
karena perilaku menyimpang sering kali dianggap sebagai suatu gejala
penyakit mental. Perilaku menyimpang juga sering kali dikaitkan dengan
penyakit mental, namum demikian teori psikologis tidak dapat memberikan
banyak pertolongan untuk menjelaskan penyebab perilaku menyimpang
seseorang.
Ilmuwan yang terkenal di bidang ini adalah Sigmund Freud. Dia
membagi diri manusia menjadi tiga bagian penting sebagai berikut.
106
a. Id, yaitu bagian diri yang bersifat tidak sadar, naluriah, dan impulsif
(mudah terpengaruh oleh gerak hati).
b. Ego, yaitu bagian diri yang bersifat sadar dan rasional (penjaga pintu
kepribadian).
c. Superego, yaitu bagian diri yang sudah menyerap nilai-nilai kultural dan
berfungsi sebagai suara hati.
Menurut Freud perilaku menyimpang terjadi apabila id yang berlebihan
(tidak terkontrol) muncul bersamaan dengan superego yang tidak aktif,
sementara dalam waktu yang sama ego yang seharusnya dominan tidak
berhasil memberikan perimbangan.
5. Sebab-sebab Terjadinya Perilaku Menyimpang dan Sikap Antisosial
dari Sudut Pandang Sosiologi
Dari sudut pandang sosiologi terjadinya perilaku menyimpang
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut.
a. Perilaku Menyimpang Karena Sosialisasi
Teori ini menekankan bahwa perilaku sosial, baik yang bersifat
menyimpang atau yang tidak menyimpang berkaitan dengan norma
dan nilai-nilai yang diserapnya. Perilaku menyimpang disebabkan oleh
adanya gangguan pada proses penyerapan dan pengalaman nilai-nilai
tersebut dalam perilaku seseorang.
Teori sosialisasi didasarkan pada pandangan bahwa dalam sebuah
masyarakat ada norma inti dan nilai-nilai tertentu yang disepakati oleh
seluruh anggota masyarakat.
Seseorang biasanya menyerap nilai-nilai dan norma-norma dari
beberapa orang yang cocok dengan dirinya saja. Akibatnya, jika ia
banyak menyerap nilai-nilai atau norma yang tidak berlaku secara
umum, dia akan cenderung berperilaku menyimpang. Lebih-lebih kalau
sebagian besar teman-teman di sekelilingnya adalah orang yang
memiliki perilaku menyimpang, kemungkinan besar orang itu juga
akan cenderung menyimpang pula.
b. Perilaku Menyimpang Karena Anomie
Achmadi mengacu pendapat Emile Durkheim berpendapat bahwa
anomie adalah suatu situasi tanpa norma dan tanpa arah sehingga tidak
tercipta keselarasan antara kenyataan yang diharapkan dan kenyataan-
kenyataan sosial yang ada di lapangan.
Konsep itu digunakan untuk menggambarkan suatu masyarakat
yang mempunyai banyak norma dan nilai, tetapi antara norma dan nilai
yang satu dengan yang lainnya saling bertentangan.
107
Akibatnya, timbul keadaan tidak adanya seperangkat nilai atau
norma yang dapat dipatuhi secara konsisten oleh masyarakat.
Robert K. Merton menganggap anomie disebabkan sebab adanya
ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan cara-cara yang
dipakai untuk mencapai tujuan itu. Perilaku menyimpang akan
bertambah luas jika banyak orang yang semula menempuh cara-cara
pencapaian tujuan dengan cara yang wajar beralih ke cara-cara yang
menyimpang. Teori ini sangat cocok untuk menganalisis banyak
perilaku menyimpang di negara berkembang, misalnya, perilaku KKN.
Ada lima cara pencapaian tujuan mulai dari yang wajar maupun
menyimpang sebagai berikut.
1) Konformitas, yaitu sikap yang menerima tujuan budaya yang
konvensional dengan cara yang juga konvensional, atau yang
selama ini biasa dilakukan.
Contoh: Seseorang yang ingin kaya dengan cara yang wajar dan
diterima umum, yaitu bekerja keras, halal, dan tidak
bertentangan dengan hukum.
2) Inovasi, yaitu sikap seseorang dalam menerima secara kritis cara-
cara pencapaian tujuan yang cocok dengan nilai-nilai budaya
dengan cara baru yang belum biasa dilakukan. Dalam inovasi
upaya pencapaian tujuan dilakukan dengan cara yang tidak
konvensional termasuk cara-cara yang terlarang dan kriminal.
Contoh: Seorang otodidak komputer berhasil menembus sistem
komputer suatu bank. Dia menjadi kaya dengan cara baru
dan kreatif, namun melanggar hukum.
3) Ritualisme, yaitu sikap seseorang menerima cara-cara yang
diperkenalkan sebagai bagian dari bentuk upacara tertentu, namun
menolak tujuan-tujuan kebudayaannya.
Dalam ritualisme, seseorang mempertahankan cara yang sudah
konvensional, namun tujuan yang sebenarnya sebagian besar telah
dilupakan. Ritus (upacara) tetap dilakukan, tetapi fungsi dan
maknanya sudah hilang.
Contoh: Pengemudi menaati lampu lalu lintas sebab takut
ditilang, bukan demi keselamatan diri dan pengemudi
lain.
4) Pengasingan, yaitu sikap seseorang menolak baik tujuan-tujuan
atau cara-cara mencapai tujuan yang sudah menjadi bagian
kehidupan masyarakat ataupun lingkungan sosialnya.
Contoh: Seorang karyawan mengundurkan diri dari perusahaan
karena konflik kepentingan pribadi dan kepentingan
perusahaan.
108
5) Pemberontakan, yaitu sikap seseorang menolak fasilitas dan tujuan-
tujuan yang disahkan oleh budaya masyarakatnya dan menggantikan
dengan cara baru.
Contoh: Kaum revolusioner yang memperjuangkan suatu ideologi
dengan gigih melalui perlawanan bersenjata.
6. Sebab-sebab Terjadinya Perilaku Menyimpang dan Sikap Antisosial
dari Sudut Pandang Kriminologi
Perilaku menyimpang dari sudut pandang kriminologi ada 2 macam,
yaitu:
a. Teori Pengendalian
Pengendalian dari dalam berupa norma yang dihayati dan nilai
yang dipelajari seseorang. Pengendalian dari luar berupaya imbalan sosial
terhadap konformitas dan sanksi hukuman pada penyimpangan.
Dalam masyarakat konvensional, ada empat hal yang mengikat
individu pada norma masyarakatnya.
1) Kepercayaan, mengacu pada norma yang dihayati.
2) Ketanggapan, yakni sikap tanggap seseorang pada pendapat orang
lain.
3) Keterikatan (komitmen), berhubungan dengan berapa banyak
imbalan yang diterima seseorang atas perilakunya yang konformis.
4) Keterlibatan, mengacu pada kegiatan seseorang dalam berbagai
lembaga masyarakat seperti sekolah dan organisasi-organisasi
masyarakat.
b. Teori Konflik
Dalam teori ini terdapat dua macam konflik sebagai berikut.
1) Konflik budaya, terjadi apabila dalam suatu masyarakat terdapat
sejumlah kebudayaan khusus yang masing-masing cenderung
tertutup sehingga mengurangi kemungkinan timbulnya
kesepakatan nilai. Masing-masing kelompok menjadikan norma
budayanya sebagai peraturan resmi. Orang-orang yang menganut
budaya berbeda dianggap sebagai penyimpangan.
2) Konflik kelas sosial, terjadi akibat suatu kelompok menciptakan
peraturan sendiri untuk melindungi kepentingannya.
Mereka yang menentang hak-hak istimewa kelas atas dianggap
mempunyai perilaku menyimpang sehingga dicap sebagai penjahat.
109
K ata Kunci
Perilaku menyimpang adalah awal dari penyesuaian di masa
yang akan datang. Tanpa suatu perilaku menyimpang, penyesuaian
budaya pada perubahan kebutuhan dan keadaan akan menjadi
sulit. Oleh sebab itu, masyarakat yang mengalami perubahan
memerlukan perilaku menyimpang jika ingin berfungsi secara efisien.
Tugas
Datanglah ke perpustakaan mencari buku-buku Sosiologi sebagai
acuan untuk menguatkan konsep perilaku menyimpang.
1. Sebutkan definisi yang dikemukakan beberapa ahli mengenai perilaku
menyimpang. Buatlah definisi menggunakan bahasamu sendiri!
2. Jelaskan bahwa penyimpangan dapat ditinjau dari beberapa
sudut pandang!
3. Sebutkan ciri-ciri penyimpangan sosial!
Diskusikan di depan kelas.
Sumber : Sosiologi SMA Kelas X
Kebudayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Kepribadian
Koentjaraningrat menyebutkan bahwa kata kebudayaan berasal dari kata
Sanskerta buddhayah yang adalah bentuk jamak dari kata buddhi yang
berarti budi atau akal. Jadi, dapat dikatakan kebudayaan bisa diartikan
sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Koentjaraningrat menyatakan
kepribadian adalah watak khas seseorang yang tampak dari luar sehingga
orang luar memberikan padanya suatu identitas khusus. Identitas khusus
tersebut diterima dari warga masyarakatnya. Jadi, terbentuknya kepribadian
94
dipengaruhi oleh kebudayaan. Kepribadian suatu individu dipengaruhi oleh
nilai-nilai dan norma-norma dalam sistem budaya dan juga sistem sosial yang telah
diserap ke dalam dirinya melalui proses sosialisasi dan proses pembudayaan
selama hidup sejak masa kecilnya.
1. Definisi Kebudayaan
Berikut ini definisi kebudayaan menurut para ahli.
- E.B. Taylor
Suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan,
seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat, serta kesanggupan dan kebiasaan
lainnya yang dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
- Kluckhohn dan Kelly
Semua rancangan hidup yang tercipta secara historis, baik yang
eksplisit atau implisit, rasional, irasional, yang ada pada suatu
waktu sebagai pedoman yang potensial untuk perilaku manusia.
- Kroeber
Keseluruhan realita gerak, kebiasaan, tata cara, gagasan, dan nilai-nilai
yang dipelajari dan diwariskan, dan perilaku yang ditimbulkannya.
- Herskovits
Bagian dari lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia.
- Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi
Semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
- Koentjaraningrat
Keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar.
2. Wujud Kebudayaan dan Unsur Kebudayaan
J.J. Hoenigman membedakan ada tiga wujud kebudayaan sebagai berikut.
a. Gagasan
Wujud ideal kebudayaan yang berupa kumpulan ide-ide, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya. Sifatnya abstrak,
tidak dapat diraba, dan tidak dapat disentuh. Wujud kebudayaan ini
terletak di alam pikiran warga masyarakat itu. Jika masyarakat
tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan maka
lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-
buku hasil karya para penulis.
Zaman sekarang kebudayaan ideal banyak juga yang tersimpan di
dalam arsip, disket, compact disc, microfilm, pita komputer, dan lain-lain.
95
b. Aktivitas
Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas serta tindakan berpola
dari manusia di masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan
sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia
yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan
manusia lainnya.
c. Artefak
Wujud kebudayaan fisik yang paling konkret berupa hasil dari
aktivitas, perbuatan, dan karya manusia di masyarakat berupa benda-
benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan.
Koentjaraningrat dengan mengacu pada pendapat Kluckhohn
menggolongkan unsur-unsur pokok yang ada pada tiap kebudayaan
dunia sebagai berikut.
1) Bahasa
2) Sistem pengetahuan
3) Organisasi sosial
4) Sistem peralatan hidup dan teknologi
5) Sistem mata pencaharian hidup
6) Sistem religi
7) Kesenian
Tiap-tiap unsur kebudayaan universal itu menjelma dalam ketiga
wujud kebudayaan di atas, yakni gagasan, aktivitas, dan artefak.
3. Komponen Kebudayaan
Berdasarkan wujudnya kebudayaan dapat digolongkan atas dua
komponen sebagai berikut.
a. Kebudayaan Material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang
nyata dan konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah
temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi,
seperti mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata, dan lain-lain.
Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi,
pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, dan gedung.
b. Kebudayaan Nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial, yaitu ciptaan-ciptaan abstrak yang
diwariskan dari generasi ke generasi. Inilah denyut nadi kehidupan sosial.
96
4. Kebudayaan dan Pengaruhnya Terhadap Kepribadian (Watak Individu)
Kebudayaan adalah karakter suatu masyarakat dan bukan
karakter individual. Semua yang dipelajari dalam kehidupan sosial dan
diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya merupakan
kebudayaan.
Kebudayaan tidak bisa lepas dari kepribadian individu melalui suatu
proses belajar yang panjang.
Dalam proses belajar yang disebut sosialisasi itu, kepribadian individu
pasti juga memiliki pengaruh pada perkembangan kebudayaan itu
secara keseluruhan. Gagasan-gagasan, tingkah laku, atau tindakan manusia
itu ditata, dikendalikan, dan dimantapkan pola-polanya oleh bermacam-macam sistem
nilai dan norma di masyarakatnya.
Sebaliknya, kebudayaan di masyarakat turut memberikan sumbangan
pada pembentukan kepribadian seseorang. Kepribadian suatu individu
masyarakat, meskipun berbeda-beda distimulasi dan dipengaruhi oleh
nilai-nilai dan norma-norma dalam sistem budaya dan juga oleh sistem
sosial yang sudah diinternalisasinya melalui proses sosialisasi dan proses
pembudayaan selama hidup sejak masa kecilnya sampai tua.
Kepribadian ada yang selaras dan ada yang tidak selaras dengan
lingkungan alam serta sosial. Pembentukan watak banyak dipengaruhi
oleh pengalamannya saat sebagai anak-anak yang berada dalam asuhan
orang-orang terdekat di lingkungannya, yaitu ayahnya, ibunya, kakaknya,
dan individu lainnya yang berada di sekelilingnya.
Suatu kebudayaan sering memancarkan suatu watak khas tertentu
yang tampak dari luar. Watak inilah yang terlihat oleh orang asing. Watak khas
itu sering tampak pada gaya tingkah laku masyarakatnya, kegemaran-
kegemaran mereka, dan bermacam-macam benda budaya hasil karya mereka.
K ata Kunci
Kebudayaan di masyarakat turut memberikan sumbangan dalam
pembentukan kepribadian seseorang, antara lain melalui nilai-nilai,
norma-norma dalam sistem budaya setempat.
Sumber : Sosiologi SMA Kelas X
Langganan:
Komentar (Atom)